Biografi Nadiem Makarim,
Sang Pendiri Go-Jek, “Saya Ingin Mengatur Takdir Saya Sendiri”
Biodata Nadiem Makariem
Nama
: Nadiem Makarim
TTL :
Singapura, 4 Juli 1984
Orangtua :
Nono Anwar Makarim (ayah) & Atika Algadrie (ibu)
Pasangan :
Franka Franklin (istri, 2014)
Pendidikan : Foreign Exchange
di London School of Economics
International Relations di Brown University, Amerika Serikat
Harvard Business School , Harvard University
Karier : Co
Founder & Managing Direktor Zalora Indonesia
Chief Innovation Officer Kartuku
Bussiness Consultan , Mckinsey & Company
Founder & CEO GO-JEK (2011-2019)
Mendikbud (2019-Sekarang)
Pernikahan : Nadiem Makarim menikahi seorang
wanita cantik yang bernama Franka Franklin pada tahun 2014 lalu.
Pendidikan
Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA
berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura. Sehabis menyelesaikan pendidikan
SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan
Internasional di Brown University, Amerika Serikat.
Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of
Economics. Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun
kemudian ia mengambil pasca-sarjana dan meraih gelar Master of Business
Administration di Harvard Business School.
Karier dan Bisnis
Karier dan Bisnis
Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan
manajemen di McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun
sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia
juga menjabat sebagai Managing Editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian
menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus
mengembangkan Go-Jek yang telah ia rintis sejak tahun 2011. Saat ini Go-Jek
merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia. Pada bulan Agustus 2016,
perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar USD 550 juta atau sekitar Rp 7,2
triliun dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group,
Rakuten Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital
Management, Warburg Pincus, dan Formation Group. Sekembalinya dari Harvard
dengan gelar MBA, Nadiem memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bekerja di
McKinsey & Co. Nadiem menjadi konsultan McKinsey selama 3 tahun.
Nadiem menjadi Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia
pada tahun 2011. Pada 2012, Nadiem memutuskan keluar dari Zalora untuk
membangun startup sendiri, termasuk Gojek yang pada waktu itu memiliki 15
karyawan dan 450 mitra driver. Dia mengaku telah belajar cukup banyak di
Zalora, yang merupakan tujuan utamanya ketika menerima pekerjaan di perusahaan
itu. Di Zalora, Nadiem memiliki kesempatan membangun mega startup dan bekerja
dengan sejumlah talenta terbaik di kawasan Asia.
Sambil mengembangkan Gojek, Nadiem juga menjadi Chief Innovation
Officer Kartuku setelah keluar dari Zalora. Saat awal berdiri, Kartuku tidak
ada kompetitor dalam sistem pembayaran non-tunai di Indonesia. Kartuku kemudian
diakuisisi Gojek untuk memperkuat GoPay.
Kabinet Indonesia Maju
Pada 22 Oktober 2019, Nadiem dipanggil secara resmi menyatakan
bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai CEO Gojek setelah pagi harinya
dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke istana negara. Pada 23 Oktober 2019,
Presiden Joko Widodo mengumumkan kabinet menterinya dengan Nadiem sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Penghargaan
Dikutip dari Wikipedia, pada tahun 2016, Nadiem
menerima penghargaan The Straits Times Asian of the Year, dan merupakan orang
Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut sejak pertama kali
didirikan pada tahun 2012.
Penghargaan Asian of the Year diberikan kepada individu atau
kelompok yang secara signifikan berkontribusi pada meningkatkan kesejahteraan
orang di negara mereka atau Asia pada umumnya.
Beberapa penerima sebelumnya termasuk pendiri Singapura, Lee Kuan
Yew, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden
Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Myanmar Thein Sein.
Penghargaan tersebut datang karena perusahaan berfokus pada peningkatan
kesejahteraan sektor informal. Pada saat yang sama, ini dapat membantu
menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia dengan mengubah pasar
dan model bisnis tradisional.
Nadiem masuk dalam daftar Bloomberg 50 versi 2018. Bloomberg
menilai tidak ada aplikasi lain yang telah mengubah kehidupan di Indonesia
dengan cepat dan mendalam seperti Gojek. Aplikasi Gojek diluncurkan pada 2015
dengan fokus pada pemesanan ojek, dan kemudian berkembang menjadi aplikasi
untuk membayar tagihan, memesan makanan, hingga membersihkan rumah "The
Bloomberg 50" berisi sosok-sosok ternama dalam bidang bisnis, hiburan,
keuangan, politik, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sepak terjang Nadiem yang kini mengembangkan Gojek ke Filipina,
Singapura, Thailand dan Vietnam membuat Bloomberg menyandingkan namanya dengan
presiden Mexico Andres Manuel Lopez Obrador, pendiri Spotify Daniel Ek, pop
star Taylor Swift dan grup idol Kpop BTS.
Pada Mei 2019, Nadiem menjadi tokoh termuda se-Asia yang menerima
penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis.
Penghargaan diberikan kepada individu atau organisasi yang berkontribusi bagi
pengembangan kawasan Asia dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi
masyarakat Asia.
Nadiem menggandakan hadiah yang diterima menjadi Rp 860 juta untuk
donasi pendidikan anak mitra pengemudi Gojek. Penghargaan ini berkaitan dengan
kontribusi Gojek dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, memudahkan keseharian pengguna
hingga meningkatkan pendapatan mitranya.
Gojek berkontribusi 55 Triliun terhadap perekonomian Indonesia,
dengan penghasilan rata-rata mitra Go-Ride dan Go-Car naik 45% dan 42% setelah
bergabung dengan Gojek, dan volume transaksi UMKM Kuliner naik 3.5 kali lipat
semenjak menjadi mitra GoFood.
Pada tahun 2017, Gojek masuk dalam Fortune’s Top 50 Companies That
Changed The World, dan mendapatkan peringkat 17. Pada tahun 2019, Gojek kembali
menjadi satu-satunya perusahaan Asia Tenggara yang masuk ke daftar Fortune’s
50, dan naik ke peringkat 11 dari 52 perusahaan kelas dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar